Misteri Malam Satu Suro, Lembah Karbala, Pesta Nyi Roro Kidul dan Alasan di Baliknya

Masa iya di bulan Suro banyak pantangannya?~ Malam satu Suro selalu identik sebagai malam yang mistis atau keramat. Tak sedikit di beberapa komunitas masyarakat, melakukan ritual khusus, entah untuk mencari wangsit atau sekedar cari nomer togel. Bahkan, pada malam satu Suro, banyak warga yang melakukan tirakat melekan atau tidak tidur.

Ada kedekatan antara adat Jawa dengan penanggalan Islam, satu Suro sama pula satu Muharam. Namun, di sebagian masyarakat seringkali mengait-kaitkan satu Suro dengan hal mistis. Memang sih, ada banyak larangan tapi semua itu ada alasannya. Bukan berarti asal mistis bro. Berikut penjelasannya,

Seringkali, orang-orang melarang anaknya untuk menikah di bulan Suro, alasannya bulan ini Nyi Roro Kidul sedang hajatan mantu. Waduh, Nyi Roro Kidul anaknya banyak ya tiap tahun mantu melulu.

Dalam suatu kesempatan, Gus Muwafiq pernah mengatakan, orang Jawa memang punya banyak larangan saat bulan Suro. Mereka tidak berani mantu, senang-senang, bahkan ada pula yang harus pindah rumah karena melanggar hal ini.

“Ini orang yang kadang salah paham. Orang Jawa ini paling takhayul. Orang yang paling percaya dengan barang-barang yang bikin orang musyrik. Buktinya apa? Masa pas bulan Asyura (Suro) enggak berani menikah? Malah orang Jawa mempercayai kalau Nyi Roro Kidul mantu,” ucap Gus Muwafiq dalam salah satu ceramahnya.

Padahal jika melihat dalam salah satu kisah dari Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam saat hijrah, justru ada tuntunan yang lebih valid. Begini kisahnya,

Ketika itu, Islam pertama kali turun di Makkah, lanjut ke Madinah. Lalu menantu Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam, Sayyidina Ali Karromallahu wajhah, mengajaknya ke Basrah (Persia). Mereka pergi bersama dengan Sayyidina Hasan dan Husain, putranya.

Lantaran Sayyidina Ali Karromallahu wajhah sosok orang cerdas dan lembut, dia pun disegani oleh orang Persia.

Basrah pada masa itu adalah salah satu negeri yang belum dilaksanakannya dakwah Islam. Orang-orang di sana masih menyembah api. Meski begitu, karena Sayyidina Ali Karromallahu wajhah sosok orang cerdas dan lembut, orang persia pun segan padanya.

Kabar tentang Sayyidina Ali Karromallahu wajhah sampai ke telinga Raja Persia, Rustum, hingga ia mencari tahu tentang Beliau. Raja Rustum yang beragama Majusi kemudian berkunjung ke rumahnya, bertujuan melamar putra Sayyidina Ali Karromallahu wajhah. Akhirnya, putranya menikah dengan putri dari Raja Rustum, sampai mendapat banyak keturunan.

Tak lama kemudian, Raja Rustum mantap menjadi mualaf. Dia tak lagi menyembah api, tetapi percaya adanya kuasa Allah Subhanahu wa ta'alaa hingga satu per satu masjid didirikan di Persia.

Namun tak lama setelahnya, terjadi konflik antara Bani Hasyim dengan Bani Umayyah di Madinah. Sayyidina Utsman Radliyallahu 'anhu, ayah Sayyidina Ali Karromallahu wajhah wafat terbunuh. Mengetahui hal itu, Sayyidina Ali Karromallahu wajhah lantas memutuskan untuk ke Madinah.

Konflik berlanjut hingga akhirnya Sayyidina Ali Karromallahu wajhah dibunuh oleh Abdurrahman Bin Muljam. Sayyidina Hasan dan Husain yang berada di Basrah pun pulang ke Madinah.

Konflik terus berlanjut hingga kekuasaan ada di tangan Muawwiyah dari Bani Umayyah. saat itulah, Sayyidina Hasan wafat karena diracun di Madinah.

Sayyidina Husain yang merasa situasi semakin tidak terkendali memutuskan mengalah agar tidak lagi ada pertumpahan darah. Ia lantas menyerahkan Madinah pada Yazid bin Muawiyah. Kemudian dia kembali ke Basrah bersama keluarga besarnya tanpa membawa pasukan perang. Sayyidina Husain juga berharap perdamaian terjadi saat itu.

Namun saat tengah dalam perjalanan, tepatnya di lembah Karbala, pada tanggal 9 Muharam, Yazid yang tidak terima karena tidak populer seperti Sayyidina Husain lantas gelap hati. Dia mengirim pasukan perang untuk membunuh Sayyidina Husain beserta seluruh keluarga tak terkecuali anak cucunya.

Pada tanggal 10 Muharam (Asyuro) pasukan Yazid membunuh keluarga, hingga cucu-cucu Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam dan hanya tersisa satu keturunan yang berhasil diselamatkan. Tragedi ini menjadi salah satu tragedi paling memilukan dalam sejarah Islam.

Sejak itulah, orang Islam di seluruh dunia, bahkan masyarakat Jawa menjadikan bulan Suro sebagai Bulan Duka atau Bulan Belasungkawa. So, ga ada hubungannya dengan Nyi Roro Kidul yang mengadakan pesta pernikahan. Tapi bisa jadi Nyi Roro Kidul meang suka party, siapa yang tahu? Photo by mostafa meraji on Unsplash