Cerbung Horor Teror Gantung Diri (8): Sosok Nenek Tua dan Ningrum yang Misterius

Sosok itu tampak di tengah-tengah kerumunan pesta jin~ Cerita Sebelumnya, Pesta Misterius di Tengah Hutan...

Ia berusaha menembus keramaian, mencari sumber suara tersebut. Dan benar saja, tepat di depannya berdiri seorang perempuan yang elok. Dandanannya tipis tapi justru menonjolkan pesonanya yang memang membuat laki-laki manapun sulit menolaknya.

Ningrum mengenakan baju yang sering Ia kenakan sewaktu ia belum dipinang suaminya. Kala Rohmat masih berulang kali berusaha mencuri kesempatan untuk memikat hatinya. Rohmat merasa Ia seperti memandang orang yang sama dengan 10 tahun yang lalu.

"Ningrum...," panggil Rohmat.

Ningrum menoleh, melihat Rohmat dengan waspada. Ekspresi Ningrum tak ramah, Ia hanya menatap Rohmat yang hanya berjarak 1 meter darinya tanpa ekspresi. Ningrum berdiri, kemudian menarik Rohmat menjauhi keramaian.
Rohmat senang bukan kepalang ketika tangannya digenggam Ningrum, tapi kesenangan itu sontak hilang ketika ia melihat Rohman dan Jumantri di tengah kerumunan. Mereka berdua menatap Rohmat.

"Mas ngopo ning kene?" tanya Ningrum yang menyadarkan Rohmat.

Rohmat yang masih bingung dengan apa yang dilihatnya menatap Ningrum dengan seksama. Ia merasa tak ada yang aneh dengan Ningrum yang ada di depannya. Ia clingukan, Ia sadar kalau Ia bersama Ningrum sudah cukup menjauh dari keramaian. Ningrum menariknya ke tempat yang sepi.

"Mas Rohmat...," ucap Ningrum lagi.

"Eh nggih ning, piye? Aku mau mlayu… Eh terus tiba-tiba tekan kene. Lha iki ning ndi rum?" Rohmat menjawab gagap.

Tiba-tiba dari belakang Rohmat muncul sosok perempuan yang sudah renta, tangan kanannya membawa lampu petromak, sedang tangan kirinya memegangi tongkat. Tubuhnya bungkuk, rambutnya yang sudah memutih diikat seadanya.

"Dik Ningrum, onok tamu kok gak diajak mampir to?" ucapnya.

Kehadiran sosok sepuh ini tak hanya mengagetkan Rohmat, tapi juga Ningrum. Tanpa menunggu reaksi keduanya, Ia langsung menarik Rohmat. Perempuan itu mengajaknya duduk di kursi di tengah kerumunan.

"Asmane sinten mas?"

"Rohmat, bu," jawab Rohmat singkat.

"Wonten nopo kok tekan kene ki?" ibu sepuh tersebut kembali bertanya.

Rohmat terdiam, Ia ragu untuk menceritakan kejadian yang baru saja Ia alami. Ia merasa akan diketawai semua orang. Rasanya memalukan saat seseorang yang sudah dewasa lari terbirit-birit melihat genderuwo.

"Mboten nopo-nopo bu, namung nyasar. Niki asmine deso nopo nggih?" Rohmat balik bertanya.

Ibu tersebut tak menjawab, Ia hanya tersenyum, Ia kemudian pergi meninggalkan Rohmat. Dari kejauhan, Ningrum berlari mendekati Rohmat. Ia nampak seperti tergesa-gesa.

"Mas Rohmat ndang lungo o mas. Sampean kudune ora ning kene!" ucap Ningrum tiba-tiba.

"Kenopo rum? Awakmu ra seneng aku ning kene?" jawab Rohmat kebingungan.

"Tulung mas. Tulung balik muleh, sampean kudu muleh saiki!" ujar Ningrum tak menggubris pertanyaan Rohmat.

"Jelasno sek rum. Enek opo?" Rohmat semakin kebingungan.

Ningrum lantas menunjuk ke arah keramaian. Saat Rohmat menoleh mengikuti arah telunjuk Ningrum, ia melihat makhluk besar hitam yang beberapa saat lalu mengejarnya. Tak hanya itu, ia juga melihat ratusan makhluk yang harusnya tak bisa ia lihat dengan mata manusia normal.

Ada sosok perempuan berambut panjang dengan baju putih, yang aneh tingginya hampir 4 meter. Sosok yang lain tak kalah ganjil, Rohmat sadar makhluk-makhluk itu tak seharusnya bisa ia lihat dengan mata telanjang.

Rohmat bergidik. Namun rasa penasaran memaksanya untuk memberanikan diri melihat lebih seksama. Ratusan makhluk tersebut tidak sedang memperhatikan Rohmat. Mereka sedang mengerubungi sesuatu.

"Apa yang mereka kerubungi?" ucap Rohmat dalam hatinya.

"Mas Rohmat!" perkataaan Ningrum membuatnya kembali berpaling ke Ningrum.

Ningrum melihat ke bawah, tepat di bawah kakinya. Rohmat ikut memperhatikan apa yang dilihat oleh gadis tersebut.

"Mas, Ningrum nyuwun ngapunten. Ningrum salah. Tulung slametno wong ndeso. Wirangrong nganggit crita pepindan. Tan wurung dadi dongeng ing dalan," ucap Ningrum tiba-tiba.

Cerita Selanjutnya, Misteri Gumpalan Tanah dan Rentetan Gantung Diri... Ilustrasi [Yudi Sutanto]