Cerbung Horor Teror Gantung Diri (7): Pesta Misterius di Tengah Hutan

Irama pesta itu menuntunnya tanpa sadar~ Cerita Sebelumnya, Penampakan Genderuwo Bermata Merah...

Rohmat masih mengayuh sepedanya, Ia tak lagi berani menoleh ke belakang ataupun ke atas. Seperti anak kecil yang baru saja kehilangan mainan favoritnya, Rohmat menangis. Air matanya bercampur dengan keringat yang mengucur deras dari dahinya.

Suara melengking sudah tidak menunjukkan eksistensinya. Semakin jauh Ia mengayuh sepedanya, namun tak ada satupun rumah warga desa yang Ia temui, Ia masih berada di tengah ribuan pohon jati yang menjulang.

Jalan yang Ia lalui seperti lorong yang kanan kirinya dikepung oleh pepohonan menutupi sinar matahari hingga hampir sama sekali tak menembus hingga ke tanah.

Ia semakin bingung, sudah lebih dari dua jam Rohmat mengayuh sepedanya, sedangkan dari sekolah adiknya ke bengkel harusnya bisa ditempuh hanya dengan waktu satu jam saja.

Jalan setapak yang Ia lalui tidak terlalu besar, kanan-kirinya di tumbuhi rumput dan tumbuhan yang tingginya mencapai 10 meter bahkan beberapa diantaranya ada yang lebih tinggi dari itu. Dari tempatnya berdiri, Rohmat hanya bisa melihat hutan yang benar-benar hutan, pohon menjulang tinggi dengan tumbuh-tumbuhan disekitarnya yang hampir tidak pernah tersentuh.

Dia benar-benar sendiri.

Tanahnya keras, namun lembab. Rohmat terus mengayuh sepedanya di jalanan itu. Malam mendekap sore, bersamaan dengan dingin yang menusuk tulang. Beberapa kali Rohmat beranikan diri berhenti untuk menghela nafas panjang.

"Jancok iki dalan kok kayane adoh banget rasane," batin Rohmat. Ia merasa jalan setapak yang biasa ia lalui tak sepanjang ini.

Rohmat meyesal tak membawa senter atau alat penerang apapun petang itu. Ia berpikir semuanya berlalu cepat karena memang hanya menjemput adiknya yang sudah waktunya pulang sekolah.

Ia hanya melakukan kebiasaan yang biasanya, namun agenda menjemput adiknya berubah jadi petualangan sing gatheli. Sesalnya kian bertambah saat Rohmat mulai mendengar suara mistis bersahut-sahutan.

Rohmat mengira, suara itu bersumber dari rombongan warga yang mungkin sedang lewat jalan tersebut, atau memang Ia sudah berada dekat dengan desanya.

Ia kayuh sepedanya lebih cepat, mencari sumber suara. Dan benar saja, ia melihat ratusan orang sedang berkumpul, layaknya sedang berpesta. Ada yang menabuh gendang, sementara yang lain ada yang berjoget dan duduk sembari menikmati makanan.

Di tengah kerumunan, mata Rohmat tertuju pada salah satu penonton. Sosok cantik yang tak pernah ia lupakan.

"Ningrum?" batin Rohmat.

Cerita Selanjutnya, Sosok Nenek Tua dan Ningrum yang Misterius... Ilustrasi [Yudi Sutanto]