Hantu Penunggu Toilet Nol Kilometer Malioboro Jogja: Kemunculan Sang Penunggu (Bagian 1)

Penunggu toilet tak kasat mata~ Malioboro menjadi salah satu tempat yang wajib didatangi ketika anda berwisata atau jalan-jalan ke Yogyakarta.

Sebagai salah satu ikon pusat perbelanjaan di Jogja, Malioboro memang tidak hanya terkenal di Indonesia namun juga hingga mancanegara.

Pembangunan juga terus dilakukan agar bisa mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Salah satunya, pembangunan toilet bertaraf internasional yang berada di bawah tanah titik nol kilometer Yogyakarta.

Pembangunan toilet yang konon memliki kualitas terbaik di Jogja ini menelan biaya hingga Rp 5,8 milyar. Memakan waktu hingga 10 bulan pembangunan dari mulai awal Maret hingga berakhir Desember 2017.

Toilet ini memang beda dari kebanyakan toilet, dindingnya yang berbahan marmer semakin menunjukkan kemewahannya.

Bagi anda yang berniat jalan-jalan di Malioboro, bisa sempatkan diri untuk mampir. Tidak hanya untuk sekedar buang air atau cebok, mungkin anda juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata yang ada di lokasi tersebut.

Berbagai cerita hingga menyelimuti tempat tersebut, salah satunya adalah cerita yang kami sampaikan ini. Berikut kisahnya,

Awalnya, kami hanya berencana sekedar 'mampir' di Malioboro, tujuan utama kami adalah mengunjungi salah satu pantai di Gunung Kidul.

Tapi karena sudah berada di Jogja, kenapa tidak sekaligus menikmati keramaian Malioboro yang terkenal itu. Kami berempat, aku, Yoyok, Hasim dan Meri akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menikmati sore di Malioboro.

"Yok, enak kali Hasim. Kita rencana pergi rame-rame bareng temen, eh dia malah bawa pacarnya," ujarku.

Kami memang berencana berangkat bersama kawan alumni SMA kami. Namun, karena berbagai alasan akhirnya hanya kami bertiga plus satu tambahan cewek, Meri, yang tak lain adalah pacar Hasim.

"Gak po-po lah, biar. Biar dia nikmati dulu nikmatnya dunia, Ren," ucap Yoyok.

Sementara, Hasim dan Meri nampak tak sedikitpun menghiraukan kami. Kami dikacangi, mereka enak bergurau di salah satu kursi di Malioboro.

"Jamput," bisik Yoyok. Aku tertawa kecil melihatnya.

Jam di tangan sudah menunjukkan angka lima, sebentar lagi maghrib. Namun, nikmatnya kuliner pinggir jalan membuat kami tetap bertahan hingga Yoyok tiba-tiba menyahut,

"Ren, aku ke toilet dulu ya, perutku tiba-tiba tak mau kompromi,"

Melihat wajahnya pucat pasi, aku tertawa. Kami mempersilakannya untuk pergi mencari toilet. Sementara kami masih menikmati makanan yang dihidangkan.

*** "Sudah sejam, Ren. Yoyok buang air apa buang jin sih, kok lama," ucap Hasim.

Benar juga. Ini sudah lebih dari satu jam Yoyok pergi buang hajat. Jangan-jangan ia tak mengeluarkan tai, melainkan dosa. Makanya, keluarnya susah.

"Jemput aja wis," jawabku singkat.

Kami beranjak menjemput Yoyok. Toilet itu benar-benar mewah. Baru kali ini aku melihat ada toilet semewah ini. Bahkan tembok kamar kosku saja tidak bisa dibandingkan dengan lantainya. Petugas toilet tersenyum ramah ke arah kami, sementara kami menjawab sekedarnya sembari masuk ke dalam toilet.

Tak ada satupun toilet yang digunakan kecuali toilet paling ujung. "Ah, Yoyok pasti ketiduran," batinku.

Pintu toilet tersebut terkunci. Kami panggil Yoyok berkali-kali namun tak ada jawaban. Berulang kali kami gedor-gedor pintu tapi nihil, tidak ada respon dari balik pintu.

"Kita gedor aja gimana, Sim?" ujarku.

Hasim menjawab ragu. "Ini toilet mahal cok, jangan main-main. Kita lihat saja dari bawah pintu."

Ide bagus. Kami sepakat. Sesaat sebelum kedua kepala kami tepat berada di bawah lubang bawah pintu, tiba-tiba lampu toilet mati. Belum sempat kami kaget dengan kegelapan. Samar dari balik pintu kepala dengan posisi terbalik melihat ke arah kami.

Kulitnya keriput. Matanya bolong. Hitam, meringis ke arah kami.

Cerita Selanjutnya, Setan Wewe Gombel Berwajah Ayu... Ilustrasi [Yudi Sutanto]
Iklan