Cerbung Horor Teror Gantung Diri (5): Mimpi Basah Berujung Tragis

Kisah bersambung ini sudah dari turun-temurun ada~ Cerita Sebelumnya, Rentetan Kendat dan Fantasi Seks yang Terbuang...

Rohmat membuka matanya, seorang wanita manis dengan tahi lalat di pipi kiri tersenyum tepat ada di depan matanya. Rohmat tertegun, tak bereaksi. Tapi tombak di selangkangannya sudah berdiri.

Ia sedang berada di jalan setapak tak beraspal. Ia mengenakan baju batik kawung berwarna gelap, dengan celana bludru hitam lengkap dengan kopyah hitam yang mulai pudar. Rohmat mengenakan pakaian yang sama persis seperti apa yang ia pakai ketika mengantarkan jasad Ningrum.

“Rum?” Rohmat hendak menyapa. Tapi, ujung lidahnya seperti dilahap bulus. Tenggorokannya bagai disumpal biji salak.

“Ayo, Mas,” Ningrum menarik lengan Rohmat. Mengajak laki-laki tersebut segera mengayuh sepedanya, sementara Ningrum duduk menyamping tepat di belakang punggungnya. Tangannya memeluk perut Rohmat yang sedikit tambun. Di tengah pikirannya yang linglung, ia hanya menuruti kemauan Ningrum.

Pria yang melepas keperjakaannya dengan tangan kirinya itu memang yang sudah lama menjadi budak cinta rahasia Ningrum. Meski begitu, tak sekalipun ia berani menyentuh sosok mempesona itu.

Jangankan menyentuh, memandang Ningrum lama-lama saja tak berani. Namun, kali ini, perempuan idaman yang biasanya hanya ada di khayalannya tersebut memeluknya, mengajaknya bersepeda bersama.

“Mas, matur nuwun lho,” ucap Ningrum tiba-tiba.

“Lho matur nuwun opo Rum?”

“Sampun ngewangi nguburne aku,” jawab Ningrum.

Mendengar jawaban Ningrum, mulut Rohmat terdiam. Perasaan bahagia yang mendatanginya beberapa saat lalu tiba-tiba hilang.

“Aku oleh nyuwun tulung maneh mas?”

Kata-katanya mewaraskan kembali pikiran Rohmat. “Aku iso nulungi opo rum?”

“Aku keluwen mas, pengen maem,” ucap Ningrum.

Rohmat menghentikan laju sepedanya. Merasa ada yang ganjil. Ia mencoba kembali memastikan siapa sosok yang ia bonceng. Benarkah ia Ningrum yang selama ini aku kenal?

Ia menoleh. Sosok itu tersenyum manis sembari memandangi Rohmat. Namun perlahan, ada yang berubah, kulitnya kini nampak lebih pucat hingga urat-urat di balik kulitnya yang keriput begitu tampak.

Matanya yang semula enak dipandang, kini berubah memelototi Rohmat. Kedua bola matanya seperti hampir keluar, dan tiba-tiba menghitam. Perlahan dari kedua mata dan lubang hidungnya mengeluarkan cairan hitam.

Sosok Ningrum tak lagi cantik parasnya. Ia meringis, namun dari dalam mulutnya hanya ada kegelapan. Tak ada sebijipun gigi atau lidah yang nampak.

Suaranya seperti orang tercekik kehabisan nafas. "Akhhhhh... Rokhhmmaaaat akh.. akh,"

Rambutnya berubah panjang, menyentuh tanah. Matanya merah, ada bercak darah di sekitar kelopak matanya. Tangannya yang lembut berubah kasar dengan kuku-kuku hitam, dengan cepat meraih leher Rohmat.

Itu bukan Ningrum bangsat! pikir Rohmat. Sosok itu sudah benar-benar berbeda. Tubuhnya bungkuk. Mulutnya hampir menyentuh tanah. Matanya merah, meneteskan cairan hitam pekat. Kulitnya pucat, tipis hingga terlihat seperti mau mengelupas.

"Kuntilanak!"

Tiba-tiba Rohmat terbangun, belum sempat ia tersadar sosok menyeramkan sudah menindihi tubuhnya dengan mulut menganga hitam tepat berada di depan wajahnya, dengan cepat melahap kepalanya...

Cerita Selanjutnya, Penampakan Genderuwo Bermata Merah...
Ilustrasi [Yudi Sutanto]
Iklan