Hantu Penunggu Toilet Nol Kilometer Malioboro Jogja: Setan Wewe Gombel Berwajah Ayu (Bagian 2)

The wewe gombels return~

Cerita Sebelumnya, Kemunculan Sang Penunggu...


Sepersekian detik aku seperti mematung. Sosok yang kulihat saat ini memang tak mirip dengan yang ada di film-film horor yang kerap kutonton tiap malam minggu.


Matanya hilang! Anjing matanya tidak ada! Benar-benar hitam kosong, hanya ada lubang kosong di lubang tengkorak matanya.


"Ren, su bajingan sadaro woi!" mendadak sara Yoyok membuatku sadar.


Sosok mengerikan yang mengintip kami dari bawah pintu toilet sudah tidak ada. Sementara di sisi kananku, Yoyok yang bekeringat dengan muka ketakutan menarik lenganku.


"Jancuk yok. Opo iku mau yok?" teriakku dengan setengah sadar. Nalarku masih hancur dengan realitas yang baru saja kulihat.


Sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan hal-hal takhayul semacam setan atau pesugihan, pemandangan yang baru saja kulihat rasanya seperti mimpi. Aku masih berusaha menata ingatanku sambil mengingat-ingat apa sosok yang baru saja menatapku dari balik pintu.


Sementara Yoyok masih terdiam. Ia tidak melihatku saat aku berkata padanya tadi. Ia justru seperti melihat sesuatu dari balik punggungku. Apakah, ada sesuatu di belakangku? Jangan bilang ada setan seperti yang ada di film-film horor. Anjing jangan sampai seperti itu, aku tak siap.


"Yok... opo yok," tanyaku dengan perasaan tertekan. Dibandingkan ketakutan aku merasa seperti inderaku semakin peka. Rasa dingin menusuk setiap inci kulitku. Padahal disaat yang sama kami berkeringat luar biasa.


Yoyok sama sekali tidak bergeming. Kuberanikan diri berbalik. Mencoba melihat apa yang dilihat yoyok di belakangku.


Dengan cepat aku menutup hidungku dengan tangan kananku. Cuk, amis. Bau yang sangat amis bahkan bisa dibilang busuk. Saking tak kuatnya aku menggunakan kedua tanganku untuk menutupi hidung dan mulutku.


Namun yoyok nampaknya sama sekali tidak bisa menghirup udara busuk yang kurasakan. Dia hanya seperti orang tolol yang tengah ndomblong. Entah apa yang dilihatnya.

Sepersekian detik, aku melihat ada makhluk hitam besar. berkulit keriput berwarna pucat dengan payudara menggelambir hinggga kakinya sedang duduk anteng memeluk dua teman kami, Hasim dan Meri.


Aku ikut goblok. Mematung seperti Yoyok. Namun hanya sebentar, tak tolol seperti dia aku langsung berbalik menarik Yoyok untuk kabur. Bukannya sadar dan ikut berlari, si tolol yang satu ini malah melepas tanganku.


"Cok ren, kok enek cewek ayune koyo ngono. Iki toilet opo surgo kok onok bidadari ngono. Lha kae Hasim mbek Meri lagi ngobrol. Kok gak dikenalne dhewe ya. hehe," kata Yoyok sambil ketawa-ketiwi macam orang tolol.


"Ngomong opo arek iki. Cuk, gobloke nggak ketulungan," batinku.


"AYO COK BAJINGAN KAE SETAN ASU, WEWE GOMBEL!!" teriakku.


Yoyok tak bergeming. Terpaksa kutinggal dia. Aku melarikan diri dari toilet yang katanya bertandar internasional itu. Namun, saat aku berada di tangga menuju atas, mendadak aku merasa mengantuk. Tanpa kusadari semuanya gelap.


Bersambung...

Ilustrasi [Yudi Sutanto]