Cerbung Horor Hantu Noni Belanda (2): Korban Pemerkosaan Sadis Zaman Kolonial

Kasus pemerkosaan zaman kolonial under cover~

Cerita Sebelumnya, Sosok Misterius di Balik Jendela Gedung Tua...


Duk, duk, duk...


"Halo haloo sopo sing ning njobo, halooo...," teriak Parno.


Tak ada jawaban.


"Heh, jancok!? Ojo guyon. Asu! Buka woi!" teriak Parno mulai gusar.


Berkali-kali ia berteriak. Amarahnya semakin meninggi, tetapi mendadak linglung usai ingat ia hanya sendirian di bangunan itu.


"Cok, kerosoku ning omah iki gak onok wong. Kok aneh ngene se," gumam Parno mulai ketakutan.


Saat masih setengah kebingungan, matanya menemukan sebuah pigura di bawah ranjang. Ketakutannya dikalahkan rasa penasaran yang memenuhi pikirannya.


Parno meraih pigura tersebut, masih ada foto di dalamnya. Potret sebuah keluarga, ayah seorang belanda, ibu dan anak perempuan dengan wajah yang familiar.


Dari tampang dan baju yang ia kenakan, jelas mereka adalah orang terpandang di masa lalu, mungkin mereka orang yang memiliki jabatan cukup tinggi di masa kolonial.


Ketika Parno membalik pigura tersebut, terdapat lipatan kertas. Diselipkan di sela-sela pigura. Sebuah surat yang hampir tak nampak tulisannya. Sebuah pesan dan curhatan yang dituliskan di tiga kertas yang sudah usang.


"Kateline," tulis dalam surat tersebut.


Lembaran-lembaran itu menceritakan kembali kehidupan Kateline, anak selingkuhan tentara Belanda dengan perempuan pribumi.


Bapaknya mati saat berperang melawan pejuang Indonesia, sementara ibunya terbunuh ketika sedang melindunginya. Tanpa saudara dan kerabat, ia melanjutkan hidupnya setelah diselamatkan oleh pembantunya.


Tidak hanya itu, di potongan akhir tulisan, Parno menemukan fakta Kateline dijual di rumah bordil. Sehari-hari ia hanya diberi sarapan ketela rebus dengan lauk umpatan.


Parno berhenti. Ia teringat sebuah cerita yang bergulir di lingkungan sekitar bangunan itu. Konon, puluhan tahun lalu, ditemukan mayat dengan keadaan yang mengenaskan di bangunan itu.


Badannya kurus, hanya kulit yang melapisi tulang tanpa daging. Beberapa orang menyebut, ia adalah pelacur yang dijual oleh pengasuhnya sendiri. Saat ditemukan, mayat itu tak mengenakan baju sehelai pun.


Konon, ia dijual sebagai budak seks tuan tanah oleh pengasuhnya. Tak cukup di situ, Kateline kembali dijual sebagai "barang tak berharga". Hingga akhirnya berakhir menjadi korban pemerkosaan 13 orang tak dikenal.


Kisah pilu ini cukup terkenal di lingkungan itu. Entah kenapa, rasanya Parno yang sebelumnya anti hal gaib, seperti dipecut kenyataan.


"Mungkin cerita tragis itu benar-benar nyata," batinnya.


Penutup surat tersebut, tertulis kata "Vaarwel werelda". Aku akan pergi mengikuti papa dan mamaku.


Tak sadar hari sudah mulai terang, dia berkaca-kaca membaca surat tersebut. Ia membacanya dekat kaca, jadi agak sedikit terang, ruangan gelap pun tak terasa. Ia lupa dirinya masih terkunci di kamar tersebut. Parno yang tadi mengumpat dan mulai gupuh jadi sosok yang cengeng saat membaca surat yang entah ditulis siapa.


Saat masih dalam keadaan setengah sedih, tiba-tiba pintu yang tadinya terkunci rapat, terbuka perlahan.


"Kreeeeeeeet..."


Parno terperanjat melihat ke arah pintu, ternyata benar pintunya benar-benar terbuka. Parno lega, dia bisa keluar dari kamar horor yang menguncinya. Parno membawa pigura tersebut lengkap dengan foto dan suratnya.


Ia berniat menanyakan kepada atasannya. Setelah keluar dari kamar tersebut, ia tak tahu sepasang mata sedang mengawasinya.


Mendadak bulu kuduknya berdiri, Parno mulai merinding. Bangunan yang besar tanpa jendela terbuka membuat sinar matahari sulit masuk. Membuat bangunan ini tak memiliki waktu siang.


"Iki awan lho, kok rasane koyok tengah wengi," ucap Parno.


Ia melangkah dengan hati-hati, lantai yang terbuat dari kayu yang sudah mulai lapuk membuatnya merasa tiap langkahnya dicengkeram kematian.


Parno yang baru saja merasa aman kembali diusik suara tangis perempuan. Parno berhenti melangkah. Tiba-tiba dari langit-langit merayap cepat sesosok perempuan berpakaian putih.


Parno bergerak mundur, tubuhnya bergetar, seumur hidup dia baru melihat penampakan sejelas itu.


Mendadak sosok itu itu menghilang. Parno berlari sekuat tenaga keluar bangunan itu. Ia kemasi barang-barang miliknya dan bergegas pergi.


Parno tak ingat lagi pekerjannya. Baginya, sosok itu sudah cukup menjadi alasan kenapa ia harus mengeluarkan jurus seribu langkah menjauhi bangunan itu.


Cerita Selanjutnya, Perempuan Cantik Berwajah Pucat... Photo by Erik Müller on Unsplash
Iklan